Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Antara Persepsi dan Realita

Terlilit Kaki Sang Kiyai - Kiyai disini bukan hanya ulama, namun semua orang yang menjadi panutan masyarakat. 

Kiyai dan Ulama adalah pedoman, namun tidak semua kiyai itu memiliki pengetahuan yang tak terbatas oleh waktu. Kebenaran yang dimiliki sebatas ruang dan waktu dimana Ia berada. Sedang pengaruhnya terkadang terwarisi hingga kini. 


Pemikiran ini bukan untuk tidak menghormati leluhur, namun lebih mengarah pada kebenaran situasional dimana ajaran lama tidak lagi selaras dengan zamannya.

Pada zamannya manusia sudah ingin berkomunikasi jarak jauh (sebuah gagasan yang bagus) maka lahirlah ilmu-ilmu seperti telepati dan lainnya. Namun saat ini, semua itu tak lagi diminati. Jaman sudah berubah, sekarang bahkan berkomunikasi dengan cara video call.

Manusia paling susah untuk mencerna suatu nama yang tak berwujud. Karenanya manusia akan selalu berusaha mewujudkannya/mengilustrasikannya agar suatu yang tak berwujud itu dapat dipahaminya.

Saya ambil contoh klasik, setan.   Banyak manusia yang menganggap setan adalah mahluk, hal ini perlu diuji. Sebagai muslim, tak satupun ayat yang menyatakan wujud setan melainkan perilaku atau sifat. Namun manusia selalu berusaha mewujudkannya, sehingga persepsi yang dibangun terus-menerus secara turun-temurun menjadikan setan seolah-olah mahluk seperti yang digambarkannya.

Banyak kesalahan persepsi yang terjadi dimasa lalu hingga sekarang masih dipedomani. 

Ilmu itu suatu kata yang tak memiliki wujud, jika ilmu itu mensifati manusia maka akan terlihat pada perilakunya, sorot matanya bahwa manusia itu berilmu. Setan jika mensifati manusia maka akan juga tampak pada perilakunya. 


Terlalu banyak hal yang belum diketahui, sehingga muncul berbagai pendapat yang belum dapat dipertanggung jawabkan. Bahkan teori dunia bulat saja yang secara ilmiah dapat dibuktikan masih saja dibantah oleh kaum "bumi datar".  Belum lagi memang ada kelompok-kelompok yang sengaja membelokkan pegetahuan demi kepentingannya untuk menguasai dunia.

Seiring berjalannya waktu, ajaran-ajaran kiyai mengalami distorsi atau lebih tepatnya Entropi (derajat  ketidak-teraturan dalam sistem), seperti; terjadinya akulturisasi dengan budaya setempat, gagal paham, kepentingan kelompok dan lainnya. Kesemuanya itu akan membelit langkah kita dalam menjalani kehidupan.

Lilitan inilah yang membelenggu, sehingga sulit untuk berfikir utopian agar dapat menemukan sesuatu yang baru untuk masa yang akan datang.

Pola berfikir yang terlilit oleh masa lalu yang belum tentu benar atau bersifat situasional, mana mungkin untuk mendapatkan wahyu dari Tuhan. Wahyu itu sebuah pengetahuan atau ilmu yang luar biasa untuk menjawab sebuah keadaan yang diyakini diberi oleh Tuhan, 

Mana mungkin aku mendapatkan wahyu, karena aku bukan NabiMu.
Mana mungkin aku menerima karomahMu karena aku bukan waliMu.
Simbol-simbol keislaman pun belum tampak pada diriku, 
Mungkinkah sebuah Ilham menghampiriku.

Persepsi yang dibangun terus menerus atau istilah sekarang di Buzzer, akan menjadi sebuah kenyataan (seperti benar adanya). Bagai mana jika persepsi itu tidak benar.


Ilmu atau kebenaran ilmiah (logika) dapat dikalahkan oleh persepsi yang dibangun turun temurun. Lalu kebenaran seperti apa yang dicari!!!

Adminto.

Posting Komentar

0 Komentar