Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Manusia, Setan, dan Binatang

Kalau disebut binatang, marah!
Kalau disebut setan, tambah marah!!!
Maunya disebut Manusia..........

Sebutan binatang dan setan itu sesungguhnya tidak tidak diarahkan pada fisik, namun diarahkan pada prilaku. Biasanya ucapan tersebut dilontarkan kepada seseorang yang berperilaku seperti binatang dan setan; memakan milik orang lain tanpa merasa bersalah, sangat sulit untuk diberi pelajaran tentang ilmu pengetahuan, mencuri, menipu dan lainnya. 
 
Video Terkait:
 

    
Wadaq kasar ini hanyalah HOMOSAPIEN...... Hewan berakal.
Lalu apa yang disebut Manusia?!!

Mungkinkah yang disebut manusia itu, mahluk (homosapien) yang tidak melakukan sifat-sifat binatang dan setan. Jadi orang (homosapien) yang tidak melakukan sifat-sifat kebinatangan dan setan dapat disebut manusia. Ini hanyalah sebuah teori, mungkin banyak teori-teori lain yang dapat merumuskan tentang manusia.
Manusia adalah perilaku atau sifat bukan fisik. Jika sifat-sifat manusia melekat pada hewan apakah hewan tersebut bisa disebut manusia. Sifat manusia tidak dapat melekat pada raga hewan, karena sifat-sifat kemanusian membutuhkan volume otak yang cukup untuk dapat menyerap pengetahuan tentang kemanusiaan. Volume otak yang cukup terdapat pada mahluk yang disebut homosapien.

Volume otak manusia meningkat sejalan dengan evolusi manusia mulai dari sekitar 600 cm3 pada homo habilis hingga 1680 cm3 pada pada homo neanderthalensis. 

Baca Juga : 
Merujuk teori diatas, kata manusia tidak perlu ditambahkan (diembel-embeli) dengan beradab, baik dan lainnya. Karena kata manusia itu sendiri sudah mencakup hal-hal kebaikan, keberadaban, dimana binatang tidak mengenal keberadaban.

Sifat-sifat kemanusiaan tidak dapat melekat pada setan, kerena setan adalah sifat bukan fisik atau bukan mahluk.
Sering terjadi kekeliruan antara Jin dan Setan. Jin adalah Mahluk, setan adalah Sifat.  Jin yang tersipati (kesurupan) oleh setan, maka Jin tersebut disebut Setan. 

Proses pensifatan pengaruhnya pada perubahan nama.
Sebatang besi jika digosok-gosok menjadi magnet. Jika terjadi proses pemagnetan dengan sempurna maka besi tersebut berubah nama menjadi magnet.


Jin tertua bernama Azazil, ketika dia disusupi (digoda) oleh Iblis hingga sifat-sifat iblis menjadi permanen. Maka Azazil pun berubah nama menjadi Iblis. Azazil adalah mahluk, Iblis adalah sifat.


Jika sifat- sifat manusia dimasukkan (disifatkan) kepada homosapien, maka nama homosapien berubah menjadi Manusia. 

Manusia itu penghuni surga.........Setan peghuni Neraka!
Saya teringat sebuah hadist "Amal itu tergantung dari Niatnya, bukan apa yang dikerjakan"
Penilaian baik dan buruk bukan pada jasmaninya, tetapi pada apa yang dia kerjakan. Bukan karena dia pejabat tinggi, artis, hartawan.

 
Hanya sebuah analogi.

Jika saya ingin beli roti dengan niat ingin "pamer".... ini bisa disebut amalan setan
Jika saya mengerjakan sesuatu, misalkan membeli makanan tanpa niatan....maka ini bisa disebut tanpa amalan (sia-sia). Sama dengan Hewan, dalam segala aktivitasnya tanpa niat.
Jika saya membeli roti dengan niat agar pedagang tersebut mendapat keuntungan atau niat lain yang sesuai dengan moral kebaikan.....maka amal baik menyertainya.

Jika argumentasi diatas dianggap benar. Waspadalah dalam setiap bertindak (beramal), apakah niatnya sudah ada serta baik tujuannya.

Wadaq kasar ini, jika melakukan sesuatu dengan niat yang bertentangan dengan moral. Maka dia (dengan berat hati) adalah Setan!!! 

Sumber: Terlilit Kaki Kiyai


Posting Komentar

0 Komentar