Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sudut Pandang Yang Berbeda

Sebuah penghormatan pada umumnya diberikan pada sesuatu yang menurutnya atau lingkungan (bahkan dunia) itu hebat. Contohnya; Banyak harta, penguasa, kecantikan, tahan bacok bak jawara, banyak lagi gelar penghormatan seperti itu.

 
Ini masalah menilai. Bagaimana mungkin Anda dapat menghormati, jika yang Anda hormati jauh dari parameter diatas.


 

Kata "hebat" itu sendiri  bisa bersifat relatif, tergantung dari kaca mata apa kita melihatnya.
 
Saya mengutip sebuah penggalan ceramah, kira-kira seperti berikut:
“Penggilingan tersebut berputar dengan sendirinya dengan izin Allah SWT. Rasulullah SAW meletakkan syair ke dalam penggilingan tangan itu untuk anakndanya dengan tangannya sedangkan penggilingan itu berputar dengan sendirinya seraya bertasbih kepada Allah SWT dalam berbagai bahasa sehingga habislah butir-butir syair itu digilingnya.”
 
Sebaian orang memuji kemampuan  Rasulullah SAW memutar batu. Memang tidak bisa dipungkiri, batu mengikuti sebuah perintah untuk berputar adalah suatu hal yang luar biasa.

Saya coba melihat dari sisi lain, untuk mencari hikmah yang terkandung di dalam kisah tersebut agar shalawat yang saya kirim kepada Rasulullah SAW menjadi lebih berisi.
 

Kita sesungguhnya tidak dapat menghormati seseorang yang kita tidak tahu kehebatannya.

Bukan mahluknya yang kita hormati, tetapi pemikiran dan perbuatannya. Karena menyangkut menilai orang, maka nilai itu merupakan nilai untuk dirinya sendiri.
Saya teringat akan petuah, “unzhur maa qoola. Walaa tanzhur man qoola (dengarkan apa yang dibicarakan, jangan melihat siapa yang berbicara).”  


Tafsiran saya pada kalimat diatas. Batas kemampuan seseorang menilai, akan menentukan kwalitas yang dirinya sendiri. Ini bisa menepuk air di dulang, yang basah muka sendiri.

Rasulullah SAW berkata kepada gilingan tersebut, "berhentilah berputar dengan izin Allah SWT", maka penggilingan itu berhenti berputar lalu penggilingan itu berkata-kata dengan izin Allah SWT yang berkuasa menjadikan segala sesuatu dapat bertutur kata. Maka katanya dalam bahasa Arab yang fasih, "ya Rasulullah SAW, demi Allah, Tuhan yang telah menjadikan engkau dengan kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-Nya, kalaulah engkau menyuruh hamba menggiling syair dari Masyriq dan Maghrib pun niscaya hamba gilingkan semuanya.


Dari lanjutkan kisah tersebut diatas, hikmah yang saya dapat. Begitu mulianya kepribadian Rasulullah SAW bukan saja beliau mampu memerintah batu untuk berputar terus menerus bahkan malaikatpun akan siap memberikan segunung emas untuk tunduk padanya agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mewah tanpa susah payah.

Tentu hikmah ini akan berbeda bagi orang yang memuja gemerlapnya dunia.

Jika kemampuan memutar batu untuk menggiling gandum, dimiliki oleh manusia rakus. Tak hanya semangkuk gandum yang diperintahkannya. Namun selamanya disuruh berputar untuk dijadikan mesin penggiling gandum. 
 
Pelajaran apa yang kita dapat. Bukan hanya kesaktian memutar batu saja, namun bagaimana seorang yang sangat berkuasa, tidak mau menggunakan kekuasaannya.
Sama Seperti Nabi Sulaiman, meskipun seorang raja beliau tetap menjual hasil rajutannya untuk menafkahi hidupnya. Tak sedikitpun harta kerajaan yang digunakan, tidak seperti pejabat tinggi di negara ini. 
 

Bahkan diakhir kehidupannya, Rasulullah kesehariannya menyuapi yahudi buta yang selalu menghinanya.
 
Tak terasa shalawat untuk Rasulullah SAW  (Allahumma Shalli'ala Muhammad)  terucap lirih, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib adalah Rasulullah SAW.

“Rasanya kalimat terakhir dari 2 kalimat  syahadat terbukti kebenarannya”. Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah . Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah.
 
Kuregangkan badan, sambil merasakan “lilitan” yang mengendur. TanpaMu apalah aku.

Posting Komentar

0 Komentar